Terrestrial Carbon Accounting Certificate Program oleh CCROM - SEAP IPB 2018

Gunung Walat, Sukabumi –  Pelatihan Terrestrial Carbon Accounting Certificate Program oleh CCROM – SEAP IPB telah berlangsung dari tanggal 5 – 8 September 2018 di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi.

Isu terkait dengan perubahan iklim yang terjadi di dunia, khususnya di Indonesia menjadi pekerjaan rumah kita bersama untuk mengantisipasi agar dampak yang diberikan tidak semakin parah khususnya bagi generasi anak cucu kita kedepannya. Oleh karena itu Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim IPB atau biasa disebut Centre for Climate Risk and Opportunity Management in Southeast Asia Pasific (CCROM – SEAP) IPB bekerja sama dengan dengan Green House Guest Management Institute yang berbasis di Amerika, Departemen di China tentang emisi gas rumah kaca dan Carbon Institute untuk mengadakan training yang disebut dengan (TCA) Terestrial Carbon Accounting di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta  dari perwakilan pemerintah daerah, NGO, akademisi dan lembaga penelitian khususnya di bidang kehutanan.

“Jadi kegiatan ini adalah salah satu kegiatan khusus, tujuan utamanya adalah membangun kemampuan dan kapasitas dari berbagai pihak termasuk pemerintah daerah, swasta maupun non swasta. Bagaimana mereka mampu melakukan perhitungan tentang emisi dari sistem terestrial yakni sistem daratan yang berhubungan dengan karbon kehutanan dan lahan, sejauh mana kita mampu menekan emisi dari divestasi dan degradasi hutan khususnya. Ini penting dan coba kita rancang karena kita tahu bahwa pemerintah kita sudah berkomitmen ke dunia internasional, bagaimana Indonesia mampu berkontribusi dalam hal mengatasi permasalahan pemanasan global dan dalam hal ini pemerintah sudah berkomitmen untuk mencoba menekan emisi dari sektor lahan dan kehutanan, karena kita tahu di Indonesia ini kontribusi dari sektor lahan dan kehutanan ini lebih dri 50 persen emisi gas rumah kaca nasional,” tutur Executive Director CCROM – SEAP IPB Prof. Dr. Rizaldi Boer saat ditemui di lokasi kegiatan.

Menurut Prof Rizaldi Boer, selama berkegiatan di Gunung Walat, para peserta mempraktikkan perhitungan-perhitungan karbon,  inventarisasi hutan, melakukan tata cara mendapatkan data yang berhubungan dengan biomass hutan dan bagaimana memanfaatkan hasil pemantauan satelit.

“Jadi mulai dari sisi kebijakannya, konteks perubahan iklimnya, sains perubahan iklimnya sampai metodologinya. Bagaimana kita melakukan perhitungan yang harus konsisten dengan metodologi yang disebut dengan IGPCC metodologi, yaitu metodologi yang dikembangkan oleh Inter Govermental Panel on Climate Change, nah itu tidak banyak yang memahami itu. Bagaimana kita melakukan metodologi pengukuran data lapangan, bagaimana kita melakukan perhitungan sejauh mana tingkat keakurasian statistiknya terestrial carbon accounting. Nah kemudian bagaimana pula kita melaporkan dan mengkomunikasikannya, memang tidak mudah dan banyak sekali isu teknisnya,” ungkapnya.

Prof Rizaldi Boer menuturkan bahwa selama melakukan pelatihan di Gunung Walat selain mempraktikkan skema TCA, para peserta mempelajari tentang masalah kehutanan seperti perhitungan karbon dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.

“Tentu kalau mereka hanya duduk di kelas aja kan tidak pas, harus dibawa juga ke hutan. Jadi kita alasannya adalah memperkenalkan keberadaan hutan pendidikan IPB karena banyak sekali yang belum pernah ke hutan, mereka jadi kagum ternyata IPB punya juga hutan yang bagus,” imbuhnya

Prof Rizaldi Boer menambahkan bahwa beragam pelayanan yang diberikan oleh Gunung Walat cukup memuaskan, namun ada poin penting yang harus diperhatikan yakni perlu dibuatkannya fasilitas internet untuk mempermudah akses pencarian data terkait dengan skema TCA.

“Tapi secara keseluruhan sudah cukup bagus dan mungkin kita perlu mempromosikan lebih lanjut tentang HPGW ini dan kita tahu banyak aktivitas di sini yang berhubungan dengan karbon juga, sudah banyak aktivitas masyarakat dan sudah ada skema jual beli karbon juga di sini, dan itu adalah salah satu langkah yang dilakukan oleh IPB dan kalau ada pihak luar yang ingin belajar tentang isu ini, IPB sudah banyak pengalamannya,” tutupnya.

[pty]

Galeri Foto klik di sini

Unduh berita klik di sini

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*