Gunung Walat, Sukabumi – Kegiatan Syuting Program Warisan Negeri Indonesia QCTV telah berlangsung tanggal 29 – 31 Januari 2013 di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Quantum Change Televisi (QCTV) merupakan media massa yang bergerak di bidang TV Internet yang berpusat di Serpong dan juga merupakan media komunikasi massa sebagai sarana pendidikan informal, untuk menyuguhkan program-program yang beredukasi secara tepat dan akurat namun memiliki unsur hiburan didalamnya. QCTV juga memberikan program yang memacu warga untuk memiliki daya juang bagi kesejahteraan hidup masyarakat, dari strata sosial bawah menjadi strata sosial menengah dan juga mengeksplorasi potensi daerah. (Sumber: www.qctv.tv)

Kegiatan Tim QCTV yang berjumlah 5 orang di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dalam rangka syuting untuk Program Warisan Negeri Indonesia yang merupakan salah satu program unggulan di QCTV.

Sebagai narasumber yaitu pengelola HPGW diantaranya Dr. Gunawan Santosa, Dr. Nandi Kosmaryandi, Dr. Tatang Tiryana dan Mr. Dizy Rizal.

“Berawal dari rasa prihatin dengan dunia media yg ada dan berkembang ke arah komersiil dan mementingkan kelompok masing-masing, kita bersama teman-teman mencoba berpikir seharusnya fungsi media itu mengedukasi masyarakat luas. QCTV bisa muncul dengan kondisi melihat adanya peluang untuk mengedukasi masyarakat bukan sekedar mencari keuntungan lewat media”, kata Maranatha pengelola QCTV.

“Disini bisa dilihat bahwa hutan sangat dibutuhkan di Indonesia dan dunia pun juga membutuhkan hutan seperti di Gunung Walat ini. Bahwa visi untuk melihat jauh ke depan, seorang pembawa visi tidak hanya mementingkan diri sendiri sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Founding father Gunung Walat benar-benar bisa menjadi teladan bagi generasi muda saat ini’, imbuh Maranatha.

“Gunung Walat ada andil dalam hal penyedia oksigen secara global dan penyerapan karbon, sebagai tempat warisan dunia. Menemukan strategi-strategi yg dilakukan manajemen untuk mempersipakan generasi berikutnya dengan tujuan melestarikan hutan yg sudah terbangun ini”, terang Maranatha.

“Mati untuk ditabur menjadi benih pengubah bangsa. Founding father terdahulu tidak ada ambisi untuk mencari keuntungan tetapi berpikir panjang untuk generasi selanjutnya”, jelas Maranatha di akhir wawancara.

[hap]

Galeri Foto klik di sini

Unduh berita klik di sini

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*