Gunung Walat, Sukabumi – Studi banding metode & skema perdagangan karbon HPGW oleh Forest Research Institute Malaysia (FRIM) telah berlangsung tanggal 19 September 2012.

Sejak tahun 2009 Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) menyelenggarakan program”Penanaman Pohon Untuk Meningkatkan Serapan Karbon” di kawasan hutan HPGW. Program tersebut melibatkan partisipasi para pihak dalam skema kerjasama “Voluntary Carbon Trading”. Sekurangnya ada 4 perusahaan internasional yaitu ConocoPhillips Indonesia dengan jangka waktu 5 tahun (2009-2014), TOSO Industry Indonesia selama 30 tahun (2009-2038) dan TOSO Company Limited Jepang selama 30 tahun (2010-2014) serta NYK Group Jepang (tahun 2009 dan 2012-2013).

Pengembangan skema perdagangan karbon sukarela ini merupakan inovasi HPGW sebagai terobosan atas masih banyaknya kendala penerapan perdagangan karbon skema mandatory. Dasar pemikiran dari inovasi ini sangat sederhana, yaitu menggalakkan penanaman pohon untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan secara otomatis akan meningkatkan kapasitas hutan dalam menyerap karbon.

Pada tanggal 19 September 2012, HPGW menerima kunjungan studi banding dari Forest Research Institute Malaysia (FRIM) dan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kehutanan Gunung Batu Bogor yang merupakan bagian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan RI atau biasa disebut Forestry Research and Development Agency (FORDA).

“Acara ini merupakan bagian dari rangkaian alih teknologi metode penghitungan karbon dalam skema Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) antara FRIM dan FORDA, namun melibatkan Fakultas Kehutanan IPB untuk sharing mengenai voluntary carbon market”, kata Trisno Dwi Rahardjo, MT ketua rombongan dari Puslitbang Kehutanan Bogor.

“Rangkaian acara ini dimulai dari pelatihan carbon measurement di Puslitbang Kehutanan Gunung Batu Bogor selama 2 hari dan dilanjutkan diskusi di Fakultas Kehutanan IPB. Hari ini studi banding di Hutan Pendidikan Gunung Walat”, jelas Trisno, MT.

Studi banding di HPGW dimulai dengan presentasi dan diskusi oleh Dr. Tatang Tiryana (Direktur Penelitian dan Pengembangan HPGW) tentang skema perdagangan karbon antara HPGW dengan perusahaan-perusahaan asing lewat program Corporate Social Responsibility (CSR) dan tentang pengelolaan HPGW sebagai percontohan pengelolaan hutan skala kecil yang berhasil. Peserta sangat antusias dalam menggali skema perdagangan karbon dan pengelolaan di HPGW karena HPGW merupakan contoh langka dalam keberhasilan membangun hutan yang mandiri dan lestari tanpa menebang pohon.

Setelah diskusi dilanjutkan dengan peninjauan lokasi penanaman pohon oleh perusahaan yang digunakan sebagai bagian dari perdagangan karbon. Di sela-sela itu dilakukan pengamatan aktivitas pengelolaan hutan di HPGW seperti penyadapan getah pinus dan agathis dengan menggunakan inovasi teknologi hasil dari penelitian mahasiswa yang dibimbing oleh Dr. Gunawan Santosa. Inovasi teknologi penyadapan diantaranya menggunakan etrat dengan bahan organik yang ramah terhadap pohon, metode terbaru dengan menggunakan bor, dan inovasi dari aspek manajemen penyadapan. Dengan inovasi tersebut terbukti menghasilkan getah yang lebih banyak dan meminimasi kerusakan pohon.

Di sesi terakhir, peserta dari FRIM memberikan kenang-kenangan berupa buku hasil penelitian dari FRIM dan plakat untuk HPGW yang diterima Dr. Nandi Kosmaryandi (Direktur Bisnis dan Humas HPGW).

We came here to FORDA to learn about REDD plasm project, learn on how you conduct REDD. We came to Gunung Walat Educational Forest (GWEF) to learn about voluntary carbon trading. Frankly speaking, I’m really impressed with this voluntary carbon trading in Gunung Walat because I have never seen such project“, kata Ismariah Ahmad, PhD , Senior Research Officer of FRIM.

What is happening in Gunung Walat is that before carbon trading was conducted, the planted forest in GWEF comprised mostly of pine and agathis species and we could learn something about non timber forest product, the resin, from this two species. And all of these are very cleverly done in this project and generate some income to make GWEF self sustaining“, jelas Ismariah Ahmad, PhD.

My impression here in Gunung Walat is that, the carbon trading looks very successful and very inovative. I think FRIM can learn something from this, considering that FRIM is also involved very actively in tree planting. I think carbon trading is one of the best and useful thing for our responsibility it to save forest, to conserve forest, and to be involved in forest tree planting, to create forest for the next generation. I’m very thankful, I think I am very happy to come to this place with my team“, imbuh Ismariah Ahmad, PhD.

“Saya melihat perkembangan yg sangat dramatis di HPGW ini, transformasinya begitu luar biasa, bisa dikatakan tidak terbayang sebelumnya dan ini juga dirasakan oleh tamu kami dari FRIM”, imbuh Trisno, MT.

[hap]

Galeri Foto klik di sini

Unduh berita klik di sini

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*