Gunung Walat Sukabumi – Untuk kesekian kalinya Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dijadikan sebagai tempat untuk penelitian kehutanan oleh mahasiswa asing dari Jepang sejak hari Selasa (05/10/2010) sampai Senin (11/10/2010).

Tim peneliti terdiri dari seorang dosen (Dr. Kosugi Ken) dan 3 orang mahasiswa tingkat 2 (Miho, June, dan Takeshi) dari Kyoto University. Doktor Kosugi Ken merupakan asisten profesor di Lab. Erotion Control, Faculty of Agriculture, Dept. of Forestry, Kyoto University. Mereka sedang meneliti tentang hidrologi, sedimentasi dan air tanah yang ada di kawasan HPGW.

Kedatangan tim peneliti dari Kyoto University juga atas peran Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Hendrayanto yang menjadi pihak yang banyak membantu untuk terselenggaranya penelitian di HPGW ini. Sumitomo Corporation merupakan perusahaan di Jepang yang sangat peduli terhadap lingkungan hidup terutama bidang kehutanan, yang juga menjadi pihak sponsor terhadap kegiatan penelitian ini. Ini merupakan ke-4 kalinya Dr. Kosugi Ken di HPGW. Tim peneliti dari Jepang ini juga didampingi oleh 4 orang mahasiswa dari Fakultas Kehutanan IPB, bimbingan Dr. Hendrayanto.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahun lalu yang sudah pernah dilakukan di HPGW. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari metodologi manajemen hutan untuk mencegah bahaya sedimentasi dan banjir. Data-data yang didapatkan dari penelitian di HPGW nantinya akan dibandingkan dengan hasil penelitian terhadap hutan yang ada di Jepang sehingga dapat diperoleh validasi metodologi (pengkayaan ilmu) yang nantinya akan dijadikan dasar untuk penanganan sedimentasi dan banjir yang terjadi di hutan Indonesia maupun di Jepang.

Hutan di Jepang terdiri dari tumbuhan saja dan di dalamnya tidak ada hewan-hewan liar seperti di hutan-hutan Indonesia. Hutan disana dijadikan sebagai suaka yang dilindungi oleh pemerintah. Kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakatnya terjalin sangat baik dan kuat disana.

Menurut Dr. Kosugi, kondisi hutan di Jepang sangat baik dan terjaga karena harga kayu disana murah sehingga orang-orang Jepang tidak tertarik untuk menebang kayu. Mereka lebih memilih mecari pekerjaan yang lain daripada sekedar menebang kayu yang tidak menguntungkan.

Beliau juga menambahkan bahwa 50 tahun lalu Jepang krisis kayu sampai batas yang minimum, akan tetapi kesadaran masyarakat Jepang sangat tinggi sehingga masyarakat disana mulai menanam pohon dan hal ini didukung sepenuhnya oleh pemerintah yang menjadikan pembangunan kehutanan di Jepang sangat cepat dan berkesinambungan.

Di Indonesia, ketergantungan kayu sangat tinggi sehingga menjadikan kayu menjadi mahal karena banyak yang tertarik akan nilai jual kayu yang fantastis. Jika hutan Indonesia tidak dijaga dengan baik maka penebangan hutan yang liar semakin merajalela dan nantinya bisa dipastikan Indonesia akan krisis kayu seperti yang pernah dialami oleh Jepang.

Galeri Foto klik di sini

Download pdf klik di sini

[hap]

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*